Senin, 20 Februari 2012

FESTIVAL JENANG SOLO




Festival Jenang Solo yang merupakan salah satu rangkaian acara untuk memperingati HUT ke-267 Kota Solo, resmi dibuka oleh Walikota Solo Joko Widodo pada pukul 09.53 WIB. Pembukaan acara ini ditandai dengan pemukulan kentongan.
Secara serentak 62 stan yang sudah siap di Ngarsopuro sejak pagi tadi, mulai melayani pengunjung yang sudah ramai mendatangi lokasi ingin menyantap jenang khas Solo. Jenang atau bubur merupakan salah satu simbol tradisi dalam perayaan ulang tahun. Pada festival ini dibagikan sekitar 10.000 porsi jenang gratis kepada masyarakat.
Sejumlah warga berebut jenang saat gelaran Festival Jenang Solo di kawasan Ngarsopuro, Solo, Sebanyak kurang lebih 10.000 pincuk jenang dibagikan kepada warga secara gratis untuk memeriahkan HUT ke-267 Kota Solo.
Ibu-ibu PKK Joyotakan sibuk melayani siswa yg ingin
mencicipi jenang gratis
Salah satu makanan khas Jawa, jenang, tidak lepas dari kebudayaan dan kepercayaan orang Jawa. Beberapa upacara selametan yang digelar keluarga berlatar belakang Jawa selalu menggunakan sajian jenang. Seperti Orang mau melahirkan, atau tujuh bulanan, syukurannya pakai jenang. Dibagikan ke para tetangga Maksudnya, jenang yang memiliki tekstur sangat lembut, diharap bisa membuat mudah atau licin dan lancar dalam persalinannya. Memang jenang termasuk jenis makanan kuno, makanya harus tetap dilestarikan. Acara-acara seperti tujuh bulanan atau jelang persalinan, memakai jenang kan maksudnya biar tetap lestari. Jangan sampai resep jenang tersebut makin lama makin pudar dan menghilang, tak lagi dapat dinikmati generasi mendatang. Untuk itulah, menggelar acara semacam ini sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan bagi pelestarian dan pengenalan kuliner khas ini ke masyarakat.
Lurah Joyotakan (kanan) beserta staff 
Proses membuat jenang cukup mudah namun membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Langkah pertama yaitu mencampur tepung beras dengan sedikit garam dan santan cair secara merata. Campuran itu kemudian direbus di air mendidih, diaduk terus hingga mengental dan airnya meresap. Jenang sumsum disajikan bersama gula jawa cair dan santan. Bisa juga ditambahkan potongan pisang atau buah nangka.
Beberapa jenis jenang yang disajikan di sejumlah stan tersebut seperti jenang abang dan jenang putih, jenang ketan hitam, jenang sumsum, jenang grundul. Setiap jenang memiliki arti dan makna tersendiri. Jenang abang dan putih yang disajikan dalam satu tempat, dapat diartikan sebagai lambang yang melengkapi satu sama lain, laki-laki dan perempuan, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Demikian juga jenang sumsum yang berwarna putih bersih, diartikan sebagai kebersihan hati. Rasa jenang yang manis, sebagai simbol kesejahteraan karena gula merupakan bahan pangan yang hampir dipakai di semua masakan Jawa dan harganya tidak murah. Tekstur yang lengket dapat diartikan persatuan dan kesatuan. Makna atau arti setiap masakan jenang yang bermacam-macam, menandakan adanya keharmonisan dalam keberagaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar